Pages

Jumat, 22 Juni 2012

Surat Untuk Adam [dari Hawa]

PERNIK - Kamis, 2 Agustus 2001 
 

Wahai Adam,
Maafkan aku jika coretan ini memanaskan hatimu. Sesungguhnya aku adalah Hawa, temanmu yang kau pinta semasa kesunyian di syurga dahulu. Aku asalnya dari tulang rusukmu yang bengkok. Jadi tidak heranlah jika perjalanan hidupku sentiasa inginkan bimbingan darimu, sentiasa mau terperosok dari landasan, kerana aku buruan syaitan.


Duhai Adam,
Maha suci Allah yang mentakdirkan kaumku lebih banyak jumlahnya dari kaummu di akhir zaman, itulah sebenarnya ketelitian Allah dalam urusanNya. Jika jumlah kaummu melebihi kaumku niscaya merahlah dunia kerana darah manusia, kacau-balaulah suasana, Adam sama Adam bermusuhan karena Hawa. Buktinya cukup nyata dari peristiwa habil dan Qabil sehinggalah pada zaman cucu-cicitnya. Pun jika begitu maka tidak selaraslah undang-undang Allah yang mengharuskan Adam beristri lebih dari satu tapi tidak lebih dari empat pada satu waktu.

Adam,
Bukan kerana ramainya isterimu yang membimbangkan aku, bukan karena sedikitnya jumlahmu yang merisaukan aku. Tapi.....aku risau, gundah dan gulana menyaksikan tingkahmu. Dari dulu aku sudah tahu bahawa aku mesti tunduk ketika menjadi isterimu. Namun.....terasa berat pula untukku meyatakan isi perkara.

Adam,
Aku tahu bahwa dalam Al-Quran ada ayat yang menyatakan kaum lelaki adalah menguasai terhadap kaum wanita. Kau diberi amanah untuk mendidik aku, kau diberi tanggungjawab untuk menjaga aku, memperhatikan dan mengawasi aku agar sentiasa didalam ridha Tuhanku dan Tuhanmu. Tapi Adam, nyata dan rata-rata apa yang sudah terjadi pada kaumku kini, aku dan kaumku telah banyak mendurhakaimu. banyak yang telah menyimpang dari jalan yang ditetapkan. Asalnya Allah mengkehendaki aku tinggal tetap dirumah. Di jalan-jalan, di pasar-pasar, di bandar-bandar bukan tempatku. Jika terpaksa aku keluar dari rumah seluruh tubuhku mesti ditutup dari ujung kaki sampai ujung rambut. Tapi...... realitinya kini, Hawa telah lebih dari sepatutnya.

Adam.....
mengapa kau biarkan aku begini? Aku jadi ibu, aku jadi guru, itu sudah tentu katamu. Aku ibu dan guru kepada anak-anakmu. Tapi sekarang diwaktu yang sama, aku maju ke muka mengurusi hal negara, aku ke hutan memikul senjata. Padahal, kau duduk saja. Ada diantara kau yang menganggur tiada kerja. Kau perhatikan saja aku panjat tangga di lingkungan pejabat , kainku tinggi menyingsing paha mengamankan negara. Apakah kau sekarang tidak lagi seperti dulu? apakah sudah hilang kasih sucimu terhadapku?

Adam.....
Marahkah kau jika kukatakan andainya Hawa terperosok, maka Adam yang patut bertanggung jawab! Kenapa? Mengapa begitu ADAM? Ya! Ramai orang berkata jika anak jahat emak-bapak tak pandai didik, jika murid bodoh, guru yang tidak pandai mengajar! Adam kau selalu berkata, Hawa memang keras kepala, tak mau dengar kata, tak mudah makan nasihat, kepala batu, pada hematku yang dhaif ini Adam, seharusnya kau tanya dirimu, apakah didikanmu terhadapku sama seperti didikan Nabi MUhammad SAW terhadap isteri-isterinya? Adakah Adam melayani Hawa sama seperti psikologi Muhammad terhadap mereka? Adakah akhlak Adam-Adam boleh dijadikan contoh terhadap kaum Hawa?

Adam....
Kau sebenarnya imam dan aku adalah makmummu, aku adalah pengikut-pengikutmu kerana kau adalah ketua. Jika kau benar, maka benarlah aku. Jika kau lalai, lalailah aku. Kau punya kelebihan akal manakala aku kelebihan nafsu. Akalmu sembilan, nafsumu satu. Aku...akalku satu nafsuku beribu!

Dari itu Adam....pimpinlah tanganku, karena aku sering lupa dan lalai, sering aku tergelincir didorong oleh nafsu dan konco-konconya. Bimbinglah daku untuk menyelami kalimah Allah, perdengarkanlah daku kalimah syahdu dari Tuhanmu agar menerangi hidupku. Tiuplah ruh jihad ke dalam dadaku agar aku menjadi mujahidah kekasih Allah.

Adam,
Andainya aku masih lalai karena dirimu sendiri, masih segan mengikut langkah para sahabat, masih gentar mencegah mungkar, maka kita tunggu dan lihatlah, dunia ini akan hancur bila kaumku yang akan memerintah.Malulah engkau Adam, malulah engkau pada dirimu sendiri dan pada Tuhanmu yang engkau agungkan itu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar